Lembu Suro Legenda Gunung Kelud | Cerita Rakyat Jawa Timur

Lembu Suro Legenda Gunung Kelud | Cerita Rakyat Jawa Timur

Alkisah dahulu kala, di Jawa Timur, ada seorang raja yang bernama Prabu Brawijaya yang berkuasa di Majapahit. Sang prabu memiliki seorang putri , nan cantik jelita bernama Diyah Ayu Pusparini. Kecantikan sang putri sangat terkenal seantero negri. Banyak pemuda dari berbagai penjuru mencoba meminang sang putri, namun sia-sia karena sang putri belum berkeinginan untuk menikah. 

Melihat hal itu, sang prabu mulai gundah memikirkan masa depan putri tercinta dan kerajaanya. Sang prabu ingin sekali melihat putrinya menikah dengan lelaki yang tepat. Suatu hari terlintas dalam benak sang prabu, cara agar putri segera menikah Maka pada suatu malam Prabu Brawijaya mengajak putrinya untuk berbicara empat mata. " Ayahanda mengerti , " " engkau menginginkan suami yang hebat " " sakti mandraguna dan tampan " "Ayahanda memiliki ide agar engkau segera menikah. " " Akan di adakan sayembara " " dan sayembara tersebut adalah.... " " bagi siapapun laki laki yang bisa merentangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat gong Kyai Sekardelimamaka dialah orang yang berhak untuk mempersunting dirimu." Mendengar hal tersebut sang putri sungguh terkejut, namun tidak berani menolak bahkan melawan permintaan dari sang ayah. Putri pun menyanggupinya. 


Sang prabu segera memerintahkan pengawalnya untuk meyebar sayembara tersebut kepada seluruh rakyat . dan pangeran di sekitar Majapahit. Hari berganti hari sang putri menjadi bingung dengan keputusan tersebut. Dia sering merenung. berharap bahwa kelak suaminya adalah orang yang hebat dan sesuai keinginanya. Walaupun sang putri mengetahui bahwa busur Kyai Garudayaksa dan gong Kyai Sekardelima adalah pusaka yang memiliki kekuatan dashyat. sehingga pemenangnya pasti bukan sembarang orang. 


Tetapi entah mengapa hatinya merasa resah. Akhirnya tibalah pada hari yang telah ditentukan. Semua peserta dari penjuru negeri telah berkumpul di alun alun kerajaan. Terlihat sang prabu duduk di singgasananya bersama permaisuri serta putri Diah Ayu Pusparini. Para pengawal menyiapkan alat sayembara. Yaitu busur Kyai Garudayaksa dan Gong Kyai Sekardelima. 

Lembu Suro Legenda Gunung Kelud | Cerita Rakyat Jawa Timur

Prabu Brawijaya memukul gong pertanda sayembara di mulai. Secara bergantian, peserta mulai merentangkan busur dan mengangkat gong tersebut. Namun tidak ada satupun yang berhasil. Bahkan tak jarang ada beberapa yang mengalami musibah. Seperti tangan yang patah ketika mencoba merentangkan busur dan pinggang yang cidera akibat memaksakan mengangkat gong besar dan berat. 


Prabu Brawijaya mulai gelisah karena takut tidak ada laki laki yang mampu memenangkan sayembara ini. Ketika sang prabu akan memukul gong pertanda sayembara usai. Dari kejauhan terlihat seorang pemuda berkepala lembu. Dia mendekat dan berkata kepada sang prabu. "Ampun wahai gusti prabu ? Apakah hamba di perkenankan mengikuti sayembara ini ? " " Kamu siapa kisanak ? " "Saya biasa di panggil Lembu Suro gusti prabu ! " " Heh ! Baiklah ! Kamu boleh mengikuti sayembara ini ! ". 


Sang prabu seakan meremehkan dan yakin bahwa Lembu Suro tidak akan mampu memenangkan sayembara ini. Dengan ilmu kanuragan Lembu Suro merentangkan busur Kyai Garudayaksa adalah hal yang sangat mudah. Hal itu. disambut riuh tepuk tangan dari para penonton. Namun berbeda dengan sang putri. Dia nampak sangat cemas karena tidak ingin bersuami manusia berkepala lembu. Ketika Lembu Suro bersiap untuk mengangkat gong Kyai Sekardelima. Semua orang nampak tegang. Tak terkecuali sang putri, dia sangat berharap Lembu Suro gagal di sayembara ini. Tetapi takdir berkata lain. 


Lembu Suro mampu mengangkat gong tanpa ada halangan berarti. Semua penonton bersorak sorai Sedangkan, putri Diyah Ayu Pusparini hanya bisa terdiam. Hatinya begitu hancur. Dia tak kuasa menerima kenyataan menikah dengan manusia berkepala lembu. Sambil menangis sang putri meninggalkan acara sayembara Melihat hal itu sang prabu hanya bisa terkulai lemas. Karena telah mengecewakan putri semata wayangnya. Walaupun begitu demi menjaga martabat sebagai seorang prabu. Prabu Brawijaya tetap menikahkan putri Diyah Ayu Pusparini dengan pemenang sayembara yaitu Lembu Suro. Sang putri menangis meratapi nasibnya. Berhari hari dia mengurung diri di kalam kamar . Hanya diam saja melamun dengan tatapan kosong. 


Terkang tanpa sadar meneteskan air mata. Melihat keadaan tuannya yang memprihatinkan. Seorang inang pengasuh menasihati sang putri. Inang pengasuh memberikan saran agar agar sang putri membuat satu permintaan lagi kepada Lembu Suro, sebagai syarat pernikahan. Dan syarat tersebut adalah Lembu Suro harus membuatkan sumur di puncak gunung Kelud. Kelak sumur tersebut sebagai tempat mandi sang putri. Tetapi harus diselesaikan dalam satu malam. Sang putri pun menerima usulan tersebut dan segera menyampaikan kepada Lembu Suro. Tanpa berfikir panjang lagi. Berangkatlah rombongan keluarga istana dan Lembu Suro ke puncak Gunung Kelud. 


Senja pun telah berganti malam. Setibanya di puncak Gunung Kelud Lembu Suro mulai menggali tanah dengan kedua tanduknya. bahkan tidak berselang lama Lembu Suro telah menggali tanah cukup dalam. Malam semakin larut. Sumur yang di gali semakin dalam. Hal ini membuat sang putri semakin panik. Sang putri mendesak ayahnya untuk menggagalkan Lembu Suro menyeleseikan syarat sebelum fajar tiba. Karena tidak mau mengecewakan putri semata wayang untuk kedua kalinya. Sang prabu Brawijaya memerintahkan pengawal untuk menimbun sumur dengan batu dan tanah. Tidak ada satupun yang berani menentang perintah sang prabu. Mereka segera melaksanakan perintah, Walaupun Lembu Suro masih berada di dalam sumur. 

Para pengawal tidak menghiraukan teriakan Lembu Suro. Mereka terus menutup sumur hingga Lembu Suro terkubur didalamnya. Meski demikian suara Lembu Suro masih terdengar dari luar. Lembu suro mengucapkan sumpah serapahnya kepada sang prabu dan seluruh rakyat Kediri. " Wahai orang-orang Kediri suatu saat akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Yaitu Kediri akan menjadi sungai, Blitar akan menjadi daratan, dan Tulungagung menjadi menjadi daerah perairan dalam." 


Karena ancaman tersebut prabu Brawijaya dan seluruh rakyat berusaha menangkal sumpah dengan membuat tanggul pengaman yang kokoh. hingga menyerupai gunung dan sekarang disebut dengan Gunung Pegat. Prabu juga mengadakan tolak bala dengan larung sesaji dikawah Gunung Kelud. Akan tetapi setiap kali Gunung Kelud erupsi warga menganggap itu adalah amukan Lembu Suro sebagai balas dendam atas apa yang dilakukan oleh prabu Brawijaya dan putrinya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama